“ IKHTIAR HMI MENERUSKAN TUGAS PROFETIS DALAM TANGGUNG JAWAB KEUMMATAN “

english mobile


Oleh: Arfianto Purbolaksono

Gaung kongres ke-XXVI Himpunan Mahasiswa Islam hanya sekitar beberapa bulan ke depan. Saatnya kita kembali meng-evaluasi tubuh himpunan yang berumur 60 tahun ini. Kemudian pertanyaannya adalah apa yang telah HMI lakukan selama ini ? dan apa yang akan dilakukan HMI ke depan ?. Sebuah pertanyaan yang akan terlintas dalam benak sebagai kader maupun fungsionaris HMI. Memulai perjuangan HMI, kita akan mengingat perjuangan Muhammad SAW. Perjuangan yang tak pernah lelah mengobarkan kalimat tauhid kepada ummatnya. Mungkin tulisan ini hanya sekedar renungan dari kader HMI atas keberadaan dan perjuangannya selama ini.

Hakekat Manusia

Lihat pada dirimu sendiri sebentar dan tanyakan siapa yang mengukirmu.

Dari mana engkau datang, dari tempat mana, siapa yang mengukirmu ?

Rumi

Seorang penyair dan filsuf dari timur Sir Muhammad Iqbal mengatakan dalam bukunya Rekonstruksi Pemikiran Agama Islam bahwa Al-quran dengan cara yang sangat sederhana dan penuh daya menekankan individualitas dan keunikan manusia adalah memiliki tinjauan yang pasti mengenai takdir manusia sebagai kesatuan kehidupan. Dari Al-quran dipaparkan dengan jelas tentang konsepsi manusia, yaitu bahwa manusia sebagai pilihan Tuhan, bahwa manusia dengan segala kesalahannya ditunjuk untuk menjadi wakil tuhan di muka bumi, dan bahwa manusia adalah suatu pribadi yang merdeka, yang diterima menginsafi resiko yang ditempuhnya.

Dalam misinya di dunia manusia diberikan sebuah petunjuk oleh Allah SWT, yaitu Al-Quran sebagai satu kesatuan organik. Dalam Al-Quran sendiri menyebutkan bahwa kelemahan manusia yang paling mendasar ialah kesempitan ( dla’if ) dan kepicikan ( qathr ) sehingga manusia mendapatkan dosa-dosa yang besar. Memang manusia bukanlah seperti makhluk duniawi murni secara total, hidup dengan nyaman dan tentram di dunia tanpa merusak lingkungan alam sekitar.

Ada

sebuah dasar-dasar etika Islam yang sebenarnya melandasi manusia hidup di dunia ini, yaitu Iman, Islam, dan Taqwa, sehingga dapat memunculkan kesalehan manusia. Fungsi kesalehan manusia selalu tidak dapat dipisahkan dari realitas. Hukum-hukum keagamaan dan segala ritualnya mempunyai fungsi-fungsi kosmik, dan manusia disadarkan bahwa tidak mungkin baginya menghindari tanggung jawab sebagai makhluk di bumi. “ Manusia seperti diibaratkan penghubung antara surga dan bumi, dari bentuk spiritual maupun material, diciptakan untuk merefleksikan sinar surga tertinggi Tuhan di dunia” Sayyed Hossein Nasr dalam Intelegensia & Spiritualitas Agama-agama. Tanggung jawab kepada masyarakat, alam, dan Tuhan muncul dari kesadaran sepenuhnya sendiri dan merefleksikan dari kedirian sempurna.

Meneruskan visi gerakan kenabian

Perjuangan kenabian sejak diturunkannya nabi-nabi setelah Adam AS sampai Muhammad SAW, mempunyai peranan bagaimana penyadaran bagi manusia di ruang dan waktu yang berbeda-beda tersebut ke arah tujuan yang satu, yaitu peng-Esa-an Allah SWT. Islam diturunkan kepada Muhammad SAW dan seluruh umatnya, adalah sebagai penyempurnaan dari proses panjang penegakan kalimat tauhid. Dengan turunnya Islam sebagai agama yang sempurna bagi makhluk di muka bumi. Maka dapat dikatakan bahwa visi gerakan kenabian adalah bagaimana Menegakkan Kalimat Tauhid tersebut

Belajar dari visi kenabian bahwasanya menurut DR. Kuntowijoyo dalam teorinya Ilmu Sosial Profetik ada tiga muatan di dalam tugas profetis ini, yakni humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar) dan transendensi (tu’minuna billah) (QS. 3:110). Dengan perangkat analisis sosial dan tugas profetis di atas, maka manusia mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Allah yang terekam dalam ayat-ayat Qauliyyah dan ayat-ayat kauniyyah untuk kehidupan alam semesta.

HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan

Himpunan Mahasiswa Islam yang lahir pada tanggal 5 Februari 1947 dilahirkan dari rahim kehimpitan sejarah kebangsaan dan keummatan. Dengan melihat realitas kebangsaan dan keummatan pada saat itu, timbul sebuah inisiatif dari segolongan pemuda yang merasakan sebuah efek dari kolonialisme.

HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan mencoba menempatkan organisasi ini sebagai director of change. Maksudnya ialah HMI sebagai organisasi perkaderan hakekatnya ialah menciptakan kualitas-kualitas unggul bagi kadernya yang memiliki dasar perspektif ke-tauhidan dan dengan tegas berpihak pada kebenaran. Sedangkan hakekat dari perjuangan ialah melakukan dakwah Islamiyah dari jammah HMI sebagai bentuk pengimplementasian ajaran Islam dengan berpegang teguh akan kebenaran dan tidak meninggalkan kaum mustadh’ afin. Hakekat perkaderan dan perjuangan ini adalah bagai dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Yang jika satu sisi tidak berjalan maka sisi lain pun tidak ada yang berjalan.

Sebagai organisasi director of change, infrasturktur HMI yaitu kader HMI seharusnya senantiasa meng-elaborasi system rekayasa yang ada dalam tubuh HMI agar kontekstual dengan kebutuhan HMI dan kondisi kebangsaan serta keummatan hari ini. Ketika infrastruktur HMI tergarap dengan baik maka suprastruktur HMI yaitu PB maupun Cabang dapat membuat output-output kebijakan untuk merubah kondisi tersebut secara jamaah. Jadi ada sebuah keselarasan gerakan yang coba di jalankan demi terwujudnya tujuan dari HMI tersebut.

HMI dan Tantangan zaman

Jika kita menghayati perkaderan dan perjuangan HMI maka tidaklah lepas dengan gerakan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk menyebarluaskan Islam sebagai petunjuk manusia di muka bumi ini. HMI dengan entitas kemahasiswaan yang mengutamakan intelektual sebagai modal dasar gerakannya harus mampu membaca hukum tuhan dan dijadikan sebuah tawaran konsepsi ke-ilmuwan yang dapat di-implementasikan pada konteks hari ini. Teorisasi merupakan dasar dakwah yang coba dikumandangkan kader-kader HMI. Seperti halnya Muhammad SAW yang mendapatkan wahyu Allah SWT melalui perantara jibril. Muhammad SAW dapat menangkap wahyu tersebut dan didawahkan menjadi hukum-hukum yang mengatur umat-nya terdahulu.

“ Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, (dengan membawa tugas) membacakan kepada mereka tentang ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi itu), mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali Imran : 164).

Konsepsi Ilmu yang berdasarkan wahyu-wahyu tuhan diperlukan pada saat ini, karena kondisi ke-ummatan yang selalu terbentur dengan fiqih-fiqih. Teorisasi yang coba dilakukan oleh intelektual HMI berbicara tentang sejarah, proses, dan hubungan. Jadi tidak hanya berbicara halal dan haram tapi juga dapat mengantisipasi gejala kedepan, yang tidak reaktif namun aktif menyongsong masa depan (eskatologis).

Kemudian gerakan HMI mencoba membebaskan masyarakat dari system jahiliyah saat ini, yaitu mainstream matrelisme, individulisme, hedonisme, pragmatisme, dan juga konsumerisme. Hal tersebut sangatlah eksploitatif karena itulah yang menjadi efek terbesar dari Neoliberalisme yang menjadi musuh HMI pada saat ini. Seperti halnya kejahiliyahan bangsa Arab dahulu dibersihkan oleh Muhammad SAW. Kemusyrikan berganti dengan ketauhidan. Kedhaliman menjadi keadilan. Kedisharmonian menjadi harmoni. Kekerasan menjadi kedamaian. Kejahatan menjadi kebaikan.

Setelah itu gerakan HMI haruslah transformatif, Al-Quran dan Al-Hadits yang diturunkan Allah SWT haruslah dapat selalu ditransformasikan kepada masyarakat agar tidak terjadi perkembangan masyarakat yang statis, namun dinamis. Pergerakan HMI tidaklah berhenti untuk satu masa tetapi gerakan HMI selalu dinamis untuk melakukan dakwah bagi masyarakat dengan tetap berpegang teguh terhadap Al-Quran dan Al-Hadits.

Peningkatan kapasitas kader sebagai perlawanan zaman

Kondisi yang terjadi pada saat ini di tubuh himpunan sangatlah berada dalam titik yang sangat memperihatinkan. Hilangnya nilai-nilai universal yang dibawa oleh Islam mulai mengalami kegoyahan dalam menghadapi permasalahan zaman. Sebuah kondisi juga yang diperparah dengan rendahnya kapasitas intelektual kader dalam beberapa kurun waktu terakhir ini. Memang sangat ironi jika kita melihat kebesaran himpunan yang dibesarkan oleh tradisi pemahaman ke-Islaman yang terbuka dan dikuatkan dengan proses dialektika yang terbangun dengan kuat.

Pembangunan kapasitas kader merupakan hal yang paling utama bagi perbaikan kondisi ke depan. Dengan menghadapi kondisi zaman yang mulai menggila pada saat ini maka diperlukan sebuah system rekayasa di tubuh HMI untuk menimbulkan budaya tanding bagi budaya saat ini dengan keunggulan kapasitas kader-kader HMI. Tetapi jika HMI sudah kehilangan kritisnya terhadap budaya sekarang maka mau tidak mau dikatakan bahwa HMI tinggal menunggu menanti kematiannya.

Seperti yang dikatakan Emha Ainun Nadjib dalam bukunya “ Terus Mencoba Budaya Tanding “ bahwa “ budaya tanding tak bisa tak ada, dalm dimensi yang manapun dari hidup ini. Konflik diperlukan untuk mementaskan sejarah dari kehidupan. Bahkan untuk supaya alam ini barnama alam. Dialektika abadi“ . Budaya tanding yang diharapkan kepada kader-kader HMI ialah bagaimana dengan kehimpitan budaya

massa

saat ini kader HMI memainkan peranannya sebagai director of change. Benar Neoliberalisme sudah masuk ke wilayah ranah pemikiran masyarakat saat ini. Namun Islam mengajarkan akhlakhul karimah kepada kita agar berprilaku mulia. Akhlakul karimah itu harus di tarik ke wilayah sosial dengan perangkat ke-ilmuwan dari intelektual HMI.

Gerakan intelektual yang berlandaskan ke-tauhidan masih menjadi modal dari pergerakan HMI. Sekarang tinggal bagaimana kita membuka ruang bagi terciptanya hal tersebut, demi terwujudnya tatanan masyarakat yang di ridhoi Allah SWT. Amin

Arfianto Purbolaksono

Ketua Umum

Himpunan Mahasiswa Islam

Cabang Purwokerto

Periode 1428-1429 H/ 2007-2008 M

0 apresiasi:

 
UNIVERSITARIA ©2008 Templates e Acessorios Por Elke di Barros